P 9714 IJ (Presiden 9 Juli 2014 InsyaAllah Jokowi)

P   9714   IJ

(Presiden 9 Juli 2014 InsyaAllah Jokowi)

  

Salam kemenangan buat Bapak Ir. Jokowi

Pak Jokowi yang saya hormati, lewat surat ini, izinkan saya menyampaikan dukungan moral kepada Bapak, semoga dalam pelaksanaan pilpres 09 Juli 2014 nanti, Bapak benar-benar memenangkan pertarungan “sengit” ini. Saya juga berharap, Bapak bisa menjadi presiden RI yang ke-7 dengan kemenangan yang sangat fantastis, yaitu kemenangan telak bagi rakyat Indonesia, dan atas nama rakyat Indonesia.

Pak Jokowi yang saya hormati, lewat secarik kertas ini, saya atas nama rakyat Indonesia menyatakan, bahwa Pak Jokowi sangat layak dan pantas untuk menjadi Presiden RI yang ke-7. Karena saya yakin, Pak Jokowi yang mempunyai karakter kuat (Jujur, Sederhana dan Merakyat) merupakan prototipe pemimpin ideal yang dimiliki bangsa saat ini. Pak Jokowi menurut saya, merupakan sosok yang menggambarkan rakyat Indonesia, yang ingin memperjuangkan keinginan rakyat. Seorang tokoh yang sangat merakyat. Tokoh yang senasib dengan rakyat. Tokoh yang sangat sederhana dan bersahaja. Tokoh yang berpenampilan apa adanya. Berjuang untuk kemashlahatan rakyat. Serta tokoh yang maju menjadi calon presiden atas kehendak rakyat.

Untuk itu, Pak Jokowi yang saya hormati, saya menyampaikan pesan untuk Bapak, jika ingin terpilih menjadi presiden, agar memperhatikan konsepsi yang sudah saya rumuskan sedemikian rupa, dengan rangkaian P 9714 IJ (Presiden 9 Juli Ir. Jokowi). Dimana rangkaian itu, mempunyai makna filosofi yang sangat mendalam, diantaranya:

P. “P” dalam hal ini bermakna “Presiden”. Karena Pilpres pada tahun ini untuk menentukan Presiden-Wakil Presiden yang akan memimpin RI 2014-2019.

9. Angka ini bermakna, agar Pak Jokowi tetap mengedepankan 9 Pilar Karakter Bangsa, yang berisikan: 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya, 2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3. Kejujuran, amanah dan kearifan, 4. Hormat dan santun, 5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong, 6. Percaya diri, kreatif dan bekerja keras, 7. Kepemimpinan dan keadilan, 8. Baik dan rendah hati, dan 9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan. 9 juga bisa bermakna “Walisongo”. Hal ini berarti, Jokowi diibaratkan sosok “Walisongo” yang akan membawa perubahan positif dengan jargon “Revolusi Mental”.

7. Bermakna, untuk menjadi Presiden RI yang ke-7, Pak Jokowi harus mampu mewarisi “ilmu” dan “model” kepemimpinan Presiden pendahulu bangsa: Ir. Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY. Selain itu, angka 7 juga bermakna huruf “J”, karena 7 dan J sangat mirip sekali (7okowi).

1. Berarti, bahwa untuk menjadi RI 1, Pak Jokowi harus bisa “menyatukan” dan “men-SATU-kan” suara mayoritas rakyat Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, agar memilih pasangan Jokowi-JK untuk Indonesia lebih baik. 1 juga bermakna huruf “I” (7okow1).

4. Berarti, untuk memenangkan Pilpres, Pak Jokowi harus selalu menjunjung tinggi 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika). Karena 4 Pilar ini, merupakan “roh” Negara dan “jiwa” rakyat Indonesia itu sendiri, yakni Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 45, dengan beraneka ragam suku, bangsa, dan bahasa dalam naungan NKRI.

IJ. Berarti, Presiden kita adalah Ir. Jokowi.

Demikian rumusan dan harapan saya, semoga Bapak Ir. Jokowi bisa mengamalkan dan memperjuangkan rangkaian di atas, karena saya yakin P 9714 IJ insya’allah benar-benar akan terealisasi. P 9714 IJ adalah benar-benar suara hati nurani rakyat Indonesia. Suara yang menginginkan agar Jokowi menjadi Presiden RI yang ke-7. Karena, 7okowi adalah Pilihanku…, 7okowi adalah Presidenku…, 7okowi adalah Presiden rakyat Indonesiaku…, dan 7okowi Adalah Kita.

                                                                                                           

                                                                                                                     Watuireng, 07 Juni 2014

                                                                                                           

                                                                                                                       Muthoifin Walidem-Nuha