Selasa, 24 Juni 2014

Hukum Mencela Sahabat Nabi SAW

Hukum Mencela Sahabat Nabi SAW

                        Suatu saat, terjadilah perselisihan antara sahabat Nabi Muhammad Saw, yang bernama Khalid Bin Walid dengan Abdurrahman Bin `Auf. Dalam perselisihan itu, membuat Khalid Bin Walid melayangkan cercaan kepada Abdurrahman Bin `Auf, maka datanglah Rasulullah Saw, dengan melerai keduanya dan melarang Khalid agar tidak menghina Abdurrahman Bin `Auf.
Nah, dari peristiwa inilah, akhirnya Rasulullah Saw mengeluarkan sabda:
لا تسبوا أصحابي لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحدهم ولا نصيفه . رواه مسلم.
Artinya : " Janganlah kamu mencela sahabat-sahabat ku !, janganlah kamu mencela sahabat-sahabat ku !,Demi Allah yang jiwaku didalam kekuasaannya, jikalau kamu infaqkan emas sebesar gunung Uhud, maka pahala sedekah kamu tidak akan setara sedikitpun dalam ukuran satu mud atau setengan mud “dari pahala sedekah mereka” (H.R. Muslim).
            Melihat uraian hadits di atas, nampak jelaslah, bahwa betapa tingginya kedudukkan sahabat di mata Allah Swt dan Rasul-Nya. Karena merekalah orang-orang yang telah membantu dan menolong Nabi Saw dalam menyampaikan dakwah Islam hingga keseluruh pelosok negeri, baik di benua Asia, Afrika, bahkan sampai Eropa. Tersebarnya dakwah Islam ke penjuru dunia, tidak lain dan tidak bukan, merupakan jasa besar para sahabat-sahabat Nabi yang telah digembleng dan dididik oleh baginda Rosulullah s.a.w tentang cara berdakwah, beriman dan ber-Islam.
            Memuliakan mereka berarti sama dengan memuliaka Rasul, menghina mereka berarti sama dengan menghina Rasul, sebab mereka semua merupakan sosok manusia pilihan, sosok manusia mulia setalah Nabi Muhammad dan para Rosul, sosok yang hidup dengan pengajaran langsung dari Rasulullah. Oleh karena itulahlah, Rasul sangat melarang seorang mukmin mencela dan mencaci para sahabat-sahabatnya.
1. Golongan Yang Suka Mencela Sahabat Nabi:
A. Golongan Khawarij:
Kelompok ini sebenarnya sudah mulai timbul sejak zaman Rasulullah, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis tentang Zul Khuwaishirah, tetapi golongan ini membesar dan mengkuat ketika zaman Imam Ali setelah terjadinya Tahkim diantara Imam Ali dan Mu`awiyyah, golongan Khawarij ini bukan saja mencerca dan mencari para sahabat, bahkan mereka telah berani mengkafirkan Ali, `Aisyah, Mu`awiyyah, `Amr Bin `Ash, dan lainnya.
B. Golongan Syi`ah:
        Syi`ah memiliki banyak golongan, tetapi kebanyakkan golongan ini telah mencela dan mencerca banyak para sahabat diantaranya Abu Bakar, Umar, Usman dan Mu`awiyyah, diantara mazhab Syi`ah ada yang menjadikan cercaan terhadap sahabat Nabi Saw, merupakan dasar-dasar penting dalam bermazhab di Syi’ah .
C. Golongan Nawashib:
Golongan ini merupakan lawan terhadap golongan Syi`ah, gerakkannya tidak dianggap penting oleh para ahli sejarawan, padahal pandangan dan perbuatan mereka juga merupakan hal yang tercela didalam pandangan agama, mereka adalah orang-orang yang anti dan benci dengan Imam Ali dan para keluarganya, sehingga mereka menghina dan mencela Imam Ali , Sayyidina Hasan dan Husein, golongan ini banyak terdapat dari kalangan Bani Umayyah dan penduduk Syam, padahal Rasul telah menegaskan didalam hadits yang telah di keluarkan oleh Muslim, bahwa pertanda kemunafikkan itu adalah benci dengan Imam Ali r.a.
D. Golongan Orientalis dan Yahudi:
       Selain ketiga golongan di atas, golongan ini merupakan yang paling banyak mencaci dan menghina para Shahabat Rasulullah Saw.

2. Beberapa Hukuman Yang Layak Bagi Penghina Sahabat.
A. Di Ta’zir
  Para jumhur ulama sepakat, bahwa hukuman yang pantas buat seseorang yang menghina sahabat-sahabat Nabi Muhammad, baik yang dihina itu satu sahabat atau sebagian tertentu, maka hukumnya di ta’zir. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Qadhi Iyadh: Bahwa jamhur ulama berpendapat, orang yang menghina sahabat Nabi diberi hukuman Ta`zir (harus didera menurut kebijaksanaan hakim Islam). Hal ini tentunya penghinanan yang ringan, tidak sampai mencacat pada aspek agama dan 'adalahnya, seperti: bahil, penakut, ilmunya sedikit, tidak zuhud, dsb. من سبهم سبا لا يقدح في عدالتهم ولا دينهم مثل وصف بعضهم بالبخل او الجبن او قلة العلم او عدم
الزهد ونحو ذلك هو الذي يستحق التاءديب والتعزير.فمن سبهم سبا يقدح في عدالتهم ودينهم فيحكم بكفرهم عند اهل العلم
B. Di Bunuh
Selain ada yang menghukumi di ta’zir, sebagaimana pendapat jumhur ulama. Akan tetapi sebagian ulama Malikiyyah berpendapat: bahwa orang yang menghina sahabat Nabi, hukumnya wajib dibunuh. Begitu juga pendapat Ibnu Taimiyyah, واحق بالقتال من الخوارج.sedangkan sebagian ulama Syafi`iyyah mengkhusukan, hukum pembunuhan dilaksanakan oleh orang-orang yang hanya menghina Abu Bakar, Umar, Hasan dan Husein saja.
Qadhi Husein menceritakan dalam masalah ini dengan dua hukum, sementara Imam As-Subki lebih mengkuatkan hukuman pembunuhan terhadap orang yang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar, demikian juga orang-orang yang mengkafirkan terhadap sahabat-sahabat yang telah Rasul jelaskan didalam hadis yang mutawattir sebagai ahli surga, karena dipandang telah mendustakan Nabi Saw.
C. Kafir-Zindiq-Murtad
Sebagian besar ulama juga berpendapat kafir اجماع الاءمة على تكفير من كفر سادات الصحابةsebagaimana Imam Abu Zur'ah al-Raazi, mengatakan: "Apabila engkau melihat seseorang mencaci maki seseorang dari sahabat Rasulullah Saw, maka ketahuilah bahwa orang itu ialah Zindiq (kafir). Yang demikian karena Rasulullah Saw ialah haq, al-Qur'an ialah haq, dan apa-apa yang dibawa ialah haq, dan yg menyampaikan semua itu kepada kita ialah para shahabat Rasulullah Saw. Mereka (orang-orang zindiq) itu tercela dan merekalah yang pantas mendapat celaan".
Imam al–Hafizh Syamsuddin Muhammad 'Utsman Adz-Dzahabi, yg lebih dikenal dengan Mazhab Adz-Dzahabi, berkata: "Barangsiapa yg mencaci para shahabat, menghina mereka, maka sesungguh ia telah keluar dari agama Islam, dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yg mencaci ialah orang yanng dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang disebutkan dalam al-Qur'an dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka dengan keutamaan, tingkatan dan cinta. …Memaki mereka berarti memaki pokok pembawa syari'at “yakni Rasulullah”. Mencela pembawa Syari'at berarti mencela kepada apa yang dibawa “yaitu al-Qur'an dan al-Sunnah".
Imam Malik, selain berpendapat dibunuh, ia juga memfatwakan bahwa orang-orang yang membenci para Sahabat Nabi adalah termasuk orang-orang keluar dari muslim “murtad”.
D. Seburuk-buruk Keharaman
Imam Nawawi berkata: Perlu kamu ketahui bahwa menghina sahabat Rasul merupakan satu perbuatan yang haram, bahkan tergolong seburuk-buruk sesuatu yang haram. انهم شر من عامة اهل الاءهواءBaik sahabat Nabi itu terlibat dengan fitnah “perang siffin atau jamal” atau tidak, karena para sahabat melakukannya itu tidak dengan nafsu belaka, melainkan dengan cara berijtihad, bertakwil, dan kondisi-situasi hingga mengakibatkan terjadinya peperangan.
Qadhi Iyadh juga berkata: “Bahwa menghina salah seorang sahabat merupaka maksiat dan dosa besar.” Meskipun mazhab kami dan jamhur ulama sepakat, bahwa orang yang mencerca sahabat Nabi, dita`zir dan tidak dibunuh. Sedangkan mazhab ulama Malikiyyah dengan tegas mengatakan: “Bahwa orang yang mencela sahabat dibunuh.”

3. Pandangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah Tentang Sahabat
       Sikap Ahlu Sunnah wal Jama`ah dalam masalah ini, jelas, sangat menghormati seluruh sahabat Nabi tanpa memilih dan memilah, mereka beri`tiqad bahwa Abu Bakar  al-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah semuanya sahabat Rasul sekaligus Khalifah Empat yang perlu ditiru dan dicontoh. Sikap Ahlu Sunnah juga tidak menghina sahabat Nabi Mu`awiyyah dan sahabat-sahabat lainnya yang sempat terjerembab di dalam fitnah besar (perang siffin dan perang jamal). Bahkan, Ahlu Sunnah juga sangat menghormati dan menghargai semua kiprah perjuangan-amaliah yang dijalankan oleh sosok-sosok mulia Ahli Bait Rasulullah s.a.w. mulai peranan Khadijah, Aisyah, Fatimah, sampai cucu-cucu Rasul Hasan dan Husain.
       Al-Khatib al-Baghdadi, mengatakan: "Para sahabat ialah orang-orang yg kuat imannya, bersih aqidahnya, dan mereka lebih baik dari semua orang yg adil dan orang-orang yg mengeluarkan zakat yg datang sesudah mereka selama-lamanya.    
       Ibnu Abdil Barr, mengatakan: "Para sahabat tidak perlu kita periksa (keadilan) mereka, karena sudah ijma' Ahlul Haq dari kaum muslimin, bahwa mereka semua Adil".
       Ibnu Hazm, juga berkata: "Semua saahabat ialah 'adil, paling utama untuk diridhai, maka wajib atas kita memulyakan mereka, menghormati mereka, memohonkan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka".      
       Ibnu Katsir, berkata: "Semua sahabat ialah 'adil menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, krn Allah Swt, telah memuji mereka di dalam al-Qur'an. Bahkan al-Sunnah-pun memuji perilaku dan ahlak mereka. Mereka telah mengorbankan harta dan jiwa mereka di hadapan Rasulullah Saw, dan mereka mengharap ganjaran yg baik (dari Allah)".
       Berikut ini kami sampaikan, beberapa pandangan global tentang shahabat Nabi, diantaranya:
1).  Mereka sebaik-baik ummat.
2).  Kita diwajibkan mengikuti jejak langkah mereka dgn baik, dan tidak boleh menyimpang dari jalan mereka, serta berpegang kepada Sunnah Rasul dan Khulafaur Rasyidin.
3).  Semua Shahabat ialah adil
4).  Kita tidak berkeyakinan bahwa para Shahabat ma'shum, krn tadak seorangpun yang ma'shum selain Rasulullah Saw.
5).  Kita ridha kpd mereka dan kita mohonkan untuk mereka ampunan dan kita menahan dari apa yg terjadi di antara mereka.
      Inilah sikap hormat Ahlu Sunnah wal Jama’ah terhadap para sahabat-sahabat Nabi yang agung, tanpa terkecuali dan tanpa membanding-bandingkan diantara para sahabat Nabi.
4. Tentang Polemik dan Perselisihan di antara Para Sahabat
        Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, menerangkan dalam Fatawa-nya: "Bahwa, saya menahan tentang apa-apa yg terjadi diantara mereka, dan saya mengetahui bahwa sebagian cerita-cerita yg sampai kepadaku tentang kejelekan “para sahabat”, adalah sesuatu kekeliruan dan kedustaan. Bahkan, sebaliknya, mereka (para shahabat) ialah mujtahid, jika mereka benar maka mereka akan dapat dua ganjaran, dan akan diberi pahala atas amal shalih mereka, serta akan diampuni dosa-dosa mereka.
        Adapun jika ada pada mereka kesalahan-kesalahan sungguh kebaikan dari Allah telah mereka peroleh, dan Allah akan mengampuni dosa mereka dengan taubat mereka atau dengan peruntukan baik yg mereka kerjakan yang dapat menghapuskan dosa-dosa mereka atau dengan yang lainnya. Sesungguh mereka ialah sebaik-baik umat dan sebaik-baik masa.”
        Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan: "Adapun perselisihan yang terjadi di antara mereka sesudah wafat Rasulullah, maka ada yang terjadi secara tidak sengaja seperti Perang Jamal (antara Ali dengan 'Aisyah) dan adapula yang terjadi berdasar ijtihad seperti Perang Shiffin (antara Ali dengan Mua'wiyah). Ijtihad terkadang benar dan terkadang salah, akan tetapi (bila salah) pelaku akan diampuni Allah dan akan dapat ganjaran kendatipun ia salah. Adapun jika ia benar ia akan dapat dua ganjaran. Dalam hal ini Ali dan para shahabat lebih mendekati kepada kebenaran daripada Mu'awiyah mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua (Ali, 'Aisyah, Muawiyah dan para shahabat mereka)".
        Meskipun perselisihan yg terjadi diantara para shahabat sempat membawa korban jiwa, yakni ada diantara mereka yg gugur, tetapi mereka segera bertaubat krn mereka ialah orang-orang yg selalu bertaubat kpd Allah dan Allah-pun menjanjikan taubat atas mereka
5. Sahabat Tidak Ma’sum
        Sesungguh persaksian Allah dan Rasul-Nya terhadap para shahabat tentang hakikat iman mereka dan keridhaan Allah dan Rasul-Nya kpd mereka tdklah menunjukkan bahwa mereka ma'shum (terpelihara dari dosa dan kesalahan) atau mereka bersih dari ketergelinciran, karena mereka bukanlah Malaikat dan bukan pula para Nabi. Bahkan pernah diantara mereka segera istighfardan taubat.
        Rasulullah bersabda: "Setiap anak Adam bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah yang bertaubat".
        Abu Bakar Ibnul 'Arabi berkata :"Dosa-dosa (yg dilakukan para shahabat) tidaklah menggugurkan (keadilan), apabila sudah ada taubat".
        Kita yakin seyakin-yakin bahwa para shahabat yang pernah bersalah, dan bertaubat kepada  Allah, mereka tidak akan dan tidak bisa dikatakan nifaq atau kufur. Semua ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah sepakat bahwa para shahabat yang ikut serta dalam persengketaan, ikut dalam perang Jamal dan perang Shiffin, mereka ialah orang-orang yg beriman dan adil. Dan kesalahan mereka yg bersifat individu dan berjama'ah tdk menggugurkan pujian Allah atas mereka.
        Abu Ja'far Muhammad bin Ali Al-Husain ketika dita tentang orang-orang (para shahabat) yg ikut serta dalam perang Jamal ia menjawab: “Mereka ialah orang-orang yg tetap dalam keimanan dan mereka bukan orang-orang non muslim".
        Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Mas'ud, mereka berkata: "Ali bin Abi Thalib menyalatkan jenazah para shahabat yg memihak Mu'wiyah".
6. Kesimpulan.
üGolongan Orientalis, Yahudi dan Syi'ah, ialah golongan yang paling banyak mencaci dan menghina para Shahabat Nabi.
üAqidah Syi'ah yang menyatakan para Shahabat tadak adil, bahkan mereka mengkafirkan, mereka ialah orang yang sesat dan menyesatkan dan termasuk orang-orang dinyatakan kafir.
üHukum mencaci/menghina para Shahabat ialah haram dan pelaku akan dilaknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia. Sabda Nabi:"Barangsiapa mencela shahabatku, maka ia akan mendapat laknat dari Allah, malaikat dan seluruh manusia". Begitu juga pendapat Asy'ariah:  وكل من كفر مسلما فهو كافر
üOrang Munafiq dan Murtad, yang mati dalam keadaan demikian, mereka ialah termasuk golongan kafir dan tidak termasuk Shahabat, meskipun berjumpa dengan Rasulullah Saw.
üSemua shahabat ialah adil dan tetap dikatakan orang-orang yang beriman, meskipun mereka berselisih.
üSebesar apapun infaq yg kita keluarkan di jalan Allah tidak akan dapat menyamai derajat seorang shahabat Rasulullah. Kita wajib mencintainya, dan mendo'akan orang-orang yang terlebih dahulu beriman dari pada kita: "Ya Rabb, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb, sesungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar